Beranda | Artikel
Mengenal Sidratulmuntaha
Rabu, 31 Mei 2023

Sikap seorang mukmin terhadap berita gaib yang dikabarkan kepadanya adalah mengimani sebagaimana yang tertuang di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Termasuk ketika Allah ‘Azza Wajalla menyebutkan tentang lafaz Sidratulmuntaha di dalam firman-Nya,

عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى

(yaitu ketika) di Sidratulmuntaha.” (QS. An-Najm: 14)

Ayat ini masih berkaitan dengan rentetan perjalanan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama dalam isra dan mikraj. Yakni, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama melihat Jibril ‘alaihis salam dalam wujud aslinya sebanyak dua kali, ketika pertama kali mendapatkan wahyu dan ketika di Sidratulmuntaha.

Secara harfiah, yang dimaksud dengan sidr adalah syajaratun nabiq (شجرة النبق) atau pohon bidara sebagaimana yang dikenal luas oleh bangsa Arab. Dan sidratulmuntaha terletak di langit ketujuh. Yang tidak ada yang mengetahui terhadap apa-apa di baliknya kecuali Allah azza wajalla. Sidratulmuntaha juga disebutkan dalam beberapa hadits shahih yang memberitakan tentang isra mikraj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama. Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas,

ثم انطلق بي جبريل حتى نأتي سدرة المُنتهى

Kemudian Jibril membersamaiku hingga sampai ke sidratulmuntaha.” (HR. Muslim no. 305)

Al-Mawardi rahimahullahu mengemukakan hikmah kenapa Allah memilih jenis pohon ini dibanding pohon lain,

لأن السِدرة تختص بثلاثة أوصاف: ظل مديد، وطعم لذيذ، ورائحة ذكية فشابهت الإيمان الذي يجمع قولًا وعملًا ونية؛ فظلها من الإيمان بمنزلة العمل لتجاوزه، وطعمها بمنزلة النية لِكُمُونه، ورائحتها بمنزلة القول لظهوره

Karena sidr memiliki tiga hal spesial: 1) pohonnya rindang, 2) buahnya enak, dan 3) semerbak. Serupa dengan iman yang mengumpulkan antara ucapan, perbuatan, dan niat. Rindangnya pohon ini laksana amal pada iman yang menaungi, buahnya sebagaimana niat, dan semerbaknya seperti ucapan karena yang nampak jelas bagi sekitar.” (Ma’aaniy Al-Qur’an)

Mengapa dinamakan Sidratulmuntaha?

At-Thabari rahhimahullahu menyebutkan dalam kitab tafsirnya,

“Para ulama berbeda pendapat tentang kenapa dinamakan sidratulmuntaha dalam 9 pendapat,

Pertama: Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa Sidratulmuntaha menjadi titik terakhir sesuatu yang jatuh dari atasnya dan puncak dari segala sesuatu di bawahnya.

Kedua: Sementara Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menyebutkan bahwa disebut muntaha karena pengetahuan para Nabi terhenti di titik tersebut dan tersamarkan dari apa-apa yang berada di baliknya.

Ketiga: Ad-Dhahhak rahimahullahu berpendapat bahwa disebut dengan muntaha karena amalan terhenti dan tertahan di sana.

Keempat: Ka’ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa disebut muntaha karena para malaikat dan para Nabi berhenti di sana untuk menghadap Allah.

Kelima: Disebutkan pula bahwa disebut Sidratulmuntaha karena roh para syuhada terhenti di sana. Hal ini dikemukakan oleh Ar-Rabi bin Anas rahimahullahu.

Keenam: Qatadah berpendapat hal yang serupa dengan Ar Rabi bin Anas dengan menyatakan bahwa karena roh orang beriman terhenti di sana.

Ketujuh: Begitu pun dengan Ali bin Thalib berpendapat hal yang mirip.

Kedelapan: Ialah pohon yang berada di atas para malaikat pemikul arsy, yang pengetahuan makhluk terhenti padanya.

Kesembilan: Disebut demikian karena Zat yang meninggikannya adalah Zat yang teramat mulia.

Apakah pohon sidr (bidara) di dunia adalah pohon yang diberkahi?!

Tidak ada keutamaan secara khusus yang mengatakan demikian. Akan tetapi, dengan disebutkan bahwa keberadaan pohon di langit ketujuh menyerupai karakteristiknya dan penamaannya cukup menunjukkan sisi keutamaannya. Wallahu a’lam.

Baca juga: Mengenal Baitul Makmur: Ka’bah Penduduk Langit

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.


Artikel asli: https://muslim.or.id/85143-sidratulmuntaha.html